Pages

Selasa, 05 Maret 2013

Istifham, Tamanni dan Nida'

A. Pengertian istifham.
Istifham adalah suatu ucapan yang dipergunakan untuk menanyakan sesuatu agar si penanya mengetahuinya.
B. Penjelasan tentang adat-adat istifham beserta makna-maknanya.
‘Adat istifham itu sangat banyak, diantaranya adalah: الهمزة (hamzah) ini adalah induk dari semua istifham, هل (hal), ما (mā), من (man), متى (matā), كيف (kaifa), أين (a̓ina), أيّان (a̓̓yyāna), أنىّ (’annā), كم (kam),  أيّ( a̓yyun) dan sebagainya. Adapun makna-maknanya adalah sebagai berikut:
1. Hamzah (أ) memilik dua makna:
a) Tassawur (penggambaran/konsepsi)
yaitu gambaran tentang mufrad atau jawaban yang bersifat mufrad . Dalam hal ini hamzah langsung didiringi dengan hal yang ditanyakan dan umumnya hal yang ditanyakan ini mempunyai bandingan yang disebutkan setelah lafadz “am” serta tidak membutuhkan pada jawaban ya atau tidak.Contohnya:  أعلى مسافرام خالد؟
Dalam contoh tersebut diyakini bahwa kepergian itu dilakukan oleh salah seorang dari mereka berdua. Namun diharapkan ketentuan dari salah satunya. Oleh karena itu, harus dikhusukan jawabannya. Lalu dikatakan “Ali “ misalnya .
b) Tashdiq (pembenaran nisbat/konfirmasi)
Tashdiq (pembenaran) adalah untuk mengetahui nisbat serta membutuhkan jawaban ya atau tidak. contoh: “أ سافر علي?” “apakah Ali pergi ?” (menanyakan nisbat/hukum perginya Ali). Menuntut pengetahuan tentang terjadinya pergi atau tidak, oleh karena itu dijawab “na’am (iya)” atau “laa (tidak)”
2. Hal (هل )
Hal hanya digunakan untuk menghendaki tashdiq saja artinya untuk mengetahui terjadi atau tidaknya nisbat serta tidak boleh menyebut bandingan perkara yang ditanyakan. Contoh: هل جاء الامير؟ (apakah raja telah datang?). Untuk menjawab istifham tersebut adalah dengan perkataan “ ya” atau “tidak” ( نعم او لا).
Adapun Istifham menggunakan (هل) hal itu tidak boleh masuk pada beberapa tempat diantaranya :
a. Lafadz yang didahului nafi, jadi tidak boleh diucapkan “ هل لم يفهم علي؟” (Apakah ali tidak faham?)
b. Fi’il mudhari’ yang menunjukkan zaman yang sedang berjalan, jadi tidak boleh diucapkan.
هل تحتقرعليا وهو شجاع؟ ” (Apakah engkau meremehkan ali, padahal dia pemberani? )
c. Terdapat lafadz inna(ان), jadi tidak boleh diucapkan ”  هل ان الامير مسافر؟” (Apakah raja itu benar-benar pergi?)
d. Terdapat adat syarat, jadi tidak boleh diucapkan ”  هل اذازرتك تكرمنى؟” (Apakah bila aku mengunjungimu, maka engkau memuliakan aku?)
e. Terdapat huruf ‘athaf, jadi tidak boleh diucapkan ” هل فيتقدم او هل ثم يتقد م؟” (Apakah kemudian ia didahulukan, atau apakah selanjutnya ia didahulukan?), dan sebagainya.
3. Man (من) digunakan Untuk menanyakan makhluk yang berakal, seperti contoh:
 مَنْ فَتَحَ مِصْرَ؟ (Siapa yg menaklukkan Mesir?), (jawabnya adalah Amr bin ‘Ash)
4. Maa (ما ) yaitu untuk menanyakan sesuatu yang tidak berakal,  mempertanyakan hakikat sesuatu yg diberi nama Atau mempertanyakan keadaan  lafad yg disebut bersama Maa (ما ).
Contohnya:  ما الإنسانُ؟ (Apa itu manusia?)
5. Mata (متى) yaitu untuk menanyakan keterangan waktu, baik yang lalu maupun yang akan datang. Contohnya:  متى يعود المسافرون؟(Kapankah para musafir itu kembali?)                              
6. Ayyaana (ايان) yaitu untuk menanyakan keterangan waktu yang akan datang secara khusus, tetapi merupakan masa yang mengejutkan dan dikategorikan bersejarah, bukan masa yang lain. Contohnya:  يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ؟(Ia bertanya, kapankah hari kiamat itu terjadi?)
7. Kaifa (كيف) yaitu untuk menanyakan keterangan keadaan . Contohnya: فكيف اذاجئنا من كل امة بشهيد  (Maka bagaimanakah halnya orang kafir nanti, apabila kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat?).
8. Aina (أين ) yaitu Untuk menanyakan keterangan tempat. Contohnya; أين الطبيب؟ (dimanakah dokter itu?)
9. Anna ( انى) mempunyai 3 makna, bagaimana, darimana, dan kapan.
Contohnya:
 يا مريم, انى لك هذا (Hai maryam, bagaimankah kamu memperoleh makanan ini?)
زرنى انى شئت (Kunjungilah saya, kapan saja anda menginginkan? )
انى يحيى هذه الله بعد موتها (Bagaimana Allah menghidupkan ini setelah mati?)
10. Kam ( كم) untuk menanyakan keterangan jumlah. Contoh: كم لبثتم؟ (sudah berapa lamakah kalian berada disini?)
11. Ayyun (أي ) untuk menanyakan dan menghendaki perbedaan antara salah satu dua hal yang berserikat dalam satu urusan yang meliputinya. Contohnya:?اى الفرقين خير مقاما (Manakah diantara kedua golongan (kafir dan mukmin) yang lebih baik tempat tinggalnya?), Istifham ayyun (أي ) juga untuk menanyakan tentang masa, tempat, keadaan,bilangan, jumlah, makhluk berakal, makhluk yang tidak berakal sesuai dengan lafadz yang disandarinya .
Makna-makna lain dari istifham.
Terkadang lafadz-lafadz istifham itu keluar dari maknanya yang asli. Jadi, terkadang  untuk menanyakan tentang sesuatu tetapi telah diketahui, namun karena tujuan-tujuan yang bisa dimengerti dari susunan kalimat dan segi penunjukkan maknanya, diantaranya:
      1. Amar (Perintah ). Contoh ”فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ ”, artinya: maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu !). ( Al maidah: 91)
      2. Nahi (Larangan ). Contoh: “ اتخشونهم فالله احق ان تخشوه “, artinya : janganlah kamu takut kepada mereka, karena Allahlah yang berhak kamu takuti ( At taubah:13)
      3. Taswiyah (untuk mempersamakan). Contoh: .... سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْartinya “sama saja bagi mereka kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka juga akan beriman.” ( al baqarah: 6)
      4. Nafi ( Meniadakan). Contoh:” هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلاَّ الْإِحْسَانُ”, artinya: “tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan juga ( ar rahman: 60).”
Selain itu terdapat makna-makna yang lain seperti : tasywiiq (untuk merindukan ), isti’nas ( Untuk menyenangkan hati), Taqrir ( Menetapkan), tahwil ( mengejutkan atau menakjubkan), istib’ad ( menganggap jauh), ta’dhim ( mengagungkan), tahqiir ( menghina), ta’ajub ( merasa kagum), tahakum ( mengejek atau mengolok-olok), qa’iid ( ancaman), istibtha’ ( menganggap lemah), tanbih ala khata’ (mengingatkan terhadap kekeliruan ) dan lain sebagainya.

C. Pengertian tamanni.
Tamannî adalah mengharapkan sesuatu yang mustahil digapai atau yang mungkin digapai tetapi tidak diharapkan terjadinya.
a) Sesuatu yang mustahil digapai, contoh:
ألا ليت الشباب يعود يوما * فأخبره بما فعل المشيب
b) Sesuatu yang mungkin digapai namun tidak mampu teraih, contoh:
يَالَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَآأُوتِىَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (القصص:79)
   Pada dasarnya Tamannî memiliki satu `adât asli yakni ليت dan mempunyai tiga `adât yang tidak asli sebagai penggantinya, yaitu:
a)              Hal (apakah, adakah, akankah…), contoh:
فَهَل لَّنَا مِن شُفَعَآءَ فَيَشْفَعُوا لَنَآ أَوْ نُرَدُّ فَنَعْمَلَ غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ قَدْ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ وَضَلَّ عَنهُم مَّاكَانُوا يَفْتَرُونَ (الأعراف:53
b)      Lau (jika, sekiranya..), contoh: فَلَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (الشعراء: 102)
c)       La’alla( niscaya…), contoh:   أ سرب القطا هل من يعير جناحه * لعلي إلى من قد هويت أطير 
D. Pengertian nidâ’
Nidâ’ adalah meminta kedatangan seseorang atau sesuatu  dengan kata ganti yang bermakna “aku memanggil”. Ada delapan kata sandang dalam nida’, yaitu: hamzah, aiy, yâ, wâ, âa, ayâ, hayâ dan wâ. Hamzah dan ay berfungsi untuk memanggil sesuatu yang berada di dekat pemanggil, sedangkan `adât yang lain untuk sesuatu yang jauh dari pemanggil. Contoh:
أيا جميع الدنيا لغير بلاغة  * لمن تجمع الدنيا و أنت تموت
     Terkadang munada yang jauh dianggap sebagai munada yang dekat, lalu ia dipanggil dengan menggunakan huruf nida’ hamzah dan ay (hal ini merupakan isyarat dekatnya munada dalam hati orang yang memanggilnya) atau munada yang dekat dianggap sebagai munada yang jauh, lalu ia dipanggil dengan menggunakan huruf nida’ selain hamzah dan ay (hal ini merupakan isyarat ketinggian derajat munada atau kerendahan derajatnya ataupun kelalaian dan kebekuan hatinya)
Selain berfungsi memanggil, nidâ’ memiliki makna yang beragam seiring konteks yang melingkupinya, hal ini bisa diketahui dengan adanya qarinah, antara lain:
a) Al-Ighrâ` (bujukan, anjuran), seperti anjuran kepada seseorang yang mondar mandir mau masuk rumah musuhnya:contoh:  يا شجاع أقدم.
b)  Al-Zijr (hardikan, cacian), contoh:يا فؤدي متى المتاب ألما *  تصح والشيب فوق رأس ألما  
c)  Al-Tahassur wa al-taujî` (penyesalan dan kesakitan), contoh:
وَيَقُولُ الْكَافِرُ يَالَيْتَنِي كُنتُ تُرَابًا (النباء:40
d)  Al-Istighâtsah (permintaan pertolongan), contoh: يا ألله…. حبي وهوائي مكتوم إليها
e)   Al-Nudbah (ratapan), contoh: فواعجبا كم يدعي الفضل ناقص * ووا أسفا كم يظهر النقص فاضل






1 komentar: