A. Pengertian istifham.
Istifham adalah suatu ucapan yang dipergunakan untuk menanyakan
sesuatu agar si penanya mengetahuinya.
B. Penjelasan
tentang adat-adat istifham beserta makna-maknanya.
‘Adat istifham itu sangat banyak, diantaranya adalah: الهمزة
(hamzah) ini adalah induk dari semua istifham, هل (hal), ما (mā), من (man), متى (matā), كيف (kaifa), أين (a̓ina), أيّان (a̓̓yyāna), أنىّ (’annā), كم (kam), أيّ( a̓yyun) dan sebagainya. Adapun makna-maknanya adalah sebagai berikut:
1. Hamzah
(أ)
memilik dua makna:
a) Tassawur
(penggambaran/konsepsi)
yaitu gambaran tentang mufrad atau jawaban yang bersifat mufrad .
Dalam hal ini hamzah langsung didiringi dengan hal yang ditanyakan dan umumnya
hal yang ditanyakan ini mempunyai bandingan yang disebutkan setelah lafadz “am”
serta tidak membutuhkan pada jawaban ya atau tidak.Contohnya: أعلى مسافرام خالد؟
Dalam contoh tersebut diyakini bahwa kepergian itu dilakukan oleh
salah seorang dari mereka berdua. Namun diharapkan ketentuan dari salah
satunya. Oleh karena itu, harus dikhusukan jawabannya. Lalu dikatakan “Ali “
misalnya .
b) Tashdiq
(pembenaran nisbat/konfirmasi)
Tashdiq (pembenaran) adalah untuk mengetahui nisbat serta
membutuhkan jawaban ya atau tidak. contoh: “أ سافر علي?” “apakah Ali pergi ?” (menanyakan
nisbat/hukum perginya Ali). Menuntut pengetahuan tentang terjadinya pergi atau
tidak, oleh karena itu dijawab “na’am (iya)” atau “laa (tidak)”
2.
Hal (هل )
Hal hanya digunakan untuk menghendaki tashdiq saja artinya untuk
mengetahui terjadi atau tidaknya nisbat serta tidak boleh menyebut bandingan
perkara yang ditanyakan. Contoh: هل جاء الامير؟ (apakah raja telah datang?). Untuk
menjawab istifham tersebut adalah dengan perkataan “ ya” atau “tidak” ( نعم او لا).
Adapun Istifham menggunakan (هل) hal itu tidak boleh masuk pada beberapa
tempat diantaranya :
a. Lafadz
yang didahului nafi, jadi tidak boleh diucapkan “ هل
لم يفهم علي؟” (Apakah ali
tidak faham?)
b.
Fi’il mudhari’ yang menunjukkan zaman yang sedang berjalan, jadi tidak boleh
diucapkan.
هل تحتقرعليا وهو شجاع؟ ” (Apakah engkau meremehkan ali, padahal dia
pemberani? )
c. Terdapat
lafadz inna(ان), jadi tidak boleh diucapkan ” هل ان الامير مسافر؟” (Apakah raja itu benar-benar pergi?)
d. Terdapat
adat syarat, jadi tidak boleh diucapkan ” هل اذازرتك تكرمنى؟” (Apakah bila aku mengunjungimu, maka engkau memuliakan aku?)
e. Terdapat
huruf ‘athaf, jadi tidak boleh diucapkan ” هل فيتقدم
او هل ثم يتقد م؟” (Apakah
kemudian ia didahulukan, atau apakah selanjutnya ia didahulukan?), dan
sebagainya.
3. Man (من) digunakan Untuk menanyakan makhluk yang berakal, seperti
contoh:
مَنْ
فَتَحَ مِصْرَ؟ (Siapa yg menaklukkan Mesir?), (jawabnya adalah Amr bin ‘Ash)
4.
Maa (ما
) yaitu untuk menanyakan sesuatu yang tidak berakal, mempertanyakan hakikat sesuatu yg diberi nama
Atau mempertanyakan keadaan lafad yg
disebut bersama Maa (ما ).
Contohnya:
ما الإنسانُ؟ (Apa itu manusia?)
5.
Mata (متى)
yaitu untuk menanyakan keterangan waktu, baik yang lalu maupun yang akan
datang. Contohnya: متى يعود المسافرون؟(Kapankah para musafir itu kembali?)
6.
Ayyaana (ايان) yaitu untuk menanyakan keterangan waktu yang akan datang
secara khusus, tetapi merupakan masa yang mengejutkan dan dikategorikan
bersejarah, bukan masa yang lain. Contohnya: يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ؟(Ia bertanya, kapankah hari kiamat itu
terjadi?)
7.
Kaifa (كيف)
yaitu untuk menanyakan keterangan keadaan . Contohnya: فكيف اذاجئنا من كل امة بشهيد (Maka bagaimanakah halnya orang kafir nanti,
apabila kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat?).
8.
Aina (أين
) yaitu Untuk menanyakan keterangan tempat. Contohnya; أين الطبيب؟ (dimanakah
dokter itu?)
9.
Anna ( انى)
mempunyai 3 makna, bagaimana, darimana, dan kapan.
Contohnya:
يا مريم, انى لك هذا (Hai maryam, bagaimankah kamu memperoleh
makanan ini?)
زرنى انى شئت (Kunjungilah saya, kapan saja anda menginginkan? )
انى يحيى هذه الله بعد موتها (Bagaimana Allah menghidupkan ini setelah
mati?)
10.
Kam ( كم)
untuk menanyakan keterangan jumlah. Contoh: كم لبثتم؟ (sudah berapa lamakah kalian berada
disini?)
11.
Ayyun (أي
) untuk menanyakan dan menghendaki perbedaan antara salah satu dua hal yang
berserikat dalam satu urusan yang meliputinya. Contohnya:?اى الفرقين خير مقاما
(Manakah diantara kedua golongan (kafir dan mukmin) yang lebih baik tempat
tinggalnya?), Istifham ayyun (أي ) juga untuk menanyakan tentang masa, tempat, keadaan,bilangan,
jumlah, makhluk berakal, makhluk yang tidak berakal sesuai dengan lafadz yang
disandarinya .
Makna-makna
lain dari istifham.
Terkadang lafadz-lafadz istifham itu keluar dari maknanya yang
asli. Jadi, terkadang untuk menanyakan
tentang sesuatu tetapi telah diketahui, namun karena tujuan-tujuan yang bisa
dimengerti dari susunan kalimat dan segi penunjukkan maknanya, diantaranya:
1. Amar
(Perintah ). Contoh ”فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ ”, artinya: maka berhentilah kamu (dari
mengerjakan pekerjaan itu !). ( Al maidah: 91)
2. Nahi
(Larangan ). Contoh: “ اتخشونهم فالله احق ان تخشوه “, artinya : janganlah kamu takut kepada
mereka, karena Allahlah yang berhak kamu takuti ( At taubah:13)
3. Taswiyah
(untuk mempersamakan). Contoh: .... سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ
تُنْذِرْهُمْartinya “sama saja bagi mereka kamu beri peringatan atau
tidak kamu beri peringatan, mereka juga akan beriman.” ( al baqarah: 6)
4. Nafi
( Meniadakan). Contoh:” هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلاَّ الْإِحْسَانُ”, artinya: “tidak ada balasan kebaikan
kecuali kebaikan juga ( ar rahman: 60).”
Selain itu terdapat makna-makna yang lain seperti : tasywiiq (untuk merindukan ), isti’nas ( Untuk menyenangkan hati), Taqrir ( Menetapkan), tahwil ( mengejutkan atau menakjubkan), istib’ad ( menganggap jauh), ta’dhim ( mengagungkan), tahqiir ( menghina), ta’ajub ( merasa kagum), tahakum ( mengejek atau mengolok-olok), qa’iid ( ancaman), istibtha’ ( menganggap lemah), tanbih
ala khata’ (mengingatkan terhadap kekeliruan ) dan lain sebagainya.
C. Pengertian tamanni.
Tamannî adalah mengharapkan sesuatu yang mustahil digapai atau yang
mungkin digapai tetapi tidak diharapkan terjadinya.
a) Sesuatu
yang mustahil digapai, contoh:
ألا ليت الشباب يعود يوما * فأخبره بما فعل المشيب
b) Sesuatu
yang mungkin digapai namun tidak mampu teraih, contoh:
يَالَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَآأُوتِىَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ
عَظِيمٍ (القصص:79)
Pada dasarnya Tamannî memiliki satu `adât asli yakni ليت dan
mempunyai tiga `adât yang tidak asli sebagai penggantinya, yaitu:
a)
Hal
(apakah, adakah, akankah…), contoh:
فَهَل
لَّنَا مِن شُفَعَآءَ فَيَشْفَعُوا لَنَآ أَوْ نُرَدُّ فَنَعْمَلَ غَيْرَ الَّذِي
كُنَّا نَعْمَلُ قَدْ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ وَضَلَّ عَنهُم مَّاكَانُوا
يَفْتَرُونَ (الأعراف:53
b) Lau (jika, sekiranya..), contoh: فَلَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
(الشعراء: 102)
c) La’alla( niscaya…), contoh: أ سرب القطا هل من يعير جناحه * لعلي إلى من قد هويت أطير
D. Pengertian nidâ’
Nidâ’ adalah meminta kedatangan seseorang
atau sesuatu dengan kata ganti yang
bermakna “aku memanggil”. Ada delapan kata sandang dalam nida’, yaitu: hamzah, aiy, yâ, wâ, âa, ayâ, hayâ dan wâ. Hamzah dan ay berfungsi untuk memanggil sesuatu yang berada di dekat
pemanggil, sedangkan `adât yang lain untuk sesuatu yang jauh dari pemanggil.
Contoh:
أيا جميع الدنيا لغير بلاغة *
لمن تجمع الدنيا و أنت تموت
Terkadang munada yang jauh dianggap
sebagai munada yang dekat, lalu ia dipanggil dengan menggunakan huruf nida’ hamzah
dan ay (hal ini merupakan isyarat dekatnya munada dalam hati orang yang
memanggilnya) atau munada yang dekat dianggap sebagai munada yang jauh, lalu ia
dipanggil dengan menggunakan huruf nida’ selain hamzah dan ay (hal ini
merupakan isyarat ketinggian derajat munada atau kerendahan derajatnya ataupun
kelalaian dan kebekuan hatinya)
Selain berfungsi memanggil, nidâ’ memiliki
makna yang beragam seiring konteks yang melingkupinya, hal ini bisa diketahui
dengan adanya qarinah, antara lain:
a) Al-Ighrâ` (bujukan, anjuran), seperti
anjuran kepada seseorang yang mondar mandir mau masuk rumah musuhnya:contoh: يا شجاع أقدم.
b) Al-Zijr
(hardikan, cacian), contoh:يا فؤدي متى المتاب ألما
* تصح والشيب فوق رأس ألما
c) Al-Tahassur
wa al-taujî` (penyesalan dan kesakitan), contoh:
وَيَقُولُ الْكَافِرُ يَالَيْتَنِي كُنتُ تُرَابًا (النباء:40
d) Al-Istighâtsah
(permintaan pertolongan), contoh: يا
ألله…. حبي وهوائي مكتوم إليها
e) Al-Nudbah (ratapan), contoh: فواعجبا كم يدعي
الفضل ناقص * ووا أسفا كم يظهر النقص فاضل
syukron m8n
BalasHapus